Pendakian Gunung Semeru : Sambil Menyelam Minum Air di Ranu Kumbolo

Edelweis Kalimati

Bismillah,

Berawal dari wacana untuk muncak Gunung Ciremai atau Cikuray, yang akhirnya di batalkan H-3 keberangkatan karena kekurangan personil. Saya melihat chat yang menggiurkan di Grup Geodesi angkatan saya,

“ada yang mau ikut proyekan bisa pc aku ya.” Begitu yang saya baca chat dari Ketua Himpunan Geodesi Undip periode 2018 yang receh orangnya XD.

Karena emang sudah sangat berhasrat ingin naik gunung, saya akhirnya chat ke teman saya yang punya wacana ingin ke Gunung Semeru dan masih kurang personil. Kebetulan waktu pendakian yang direncanakan yaitu di sela kekosongan waktu proyekan yaitu 5-10 Juli berangkatnya dari Semarang. Waktu yang ditetapkan proyekan waktu itu yaitu tanggal 2-3 Juli di Semarang, dan kosong sampai 10 Juli, lalu dilajutkan 11-13 Juli di Jakarta. Ditambah lagi yang saya pikirkan yaitu tidak usah memikirkan akomodasi Semarang-Jakarta karena sudah ditanggung perusahaan terkait.

“Bay, aku ada ide sih kayanya bakal ikut ke Semeru nih. Aku ikut proyekan biar sekalian ke Semarang dan ongkos kan udah di bayarin” Chatku ke Bayu, yang mengajak untuk ke Semeru.

Dengan demikian saya menjadi orang keempat yang join di Tim GD16 Semeru, itu nama timnya saya buat-buat sendiri sih. Setelah sebelumnya ada Yoga, Bayu, dan Nada disusul Ando, Marissa, dan Kris setelah saya. Insya Allah kami bertujuh berangkat ke Semeru 12 Juli karena ada perubahan dari Timeline proyekan, yang harus kami kalahkan dengan merubah jadwal keberangkatan ke Semeru. Setelah diizinkan oleh orangtua untuk berangkat belajar lewat proyekan dan sekaligus liburan naik gunung, yang padahal harusnya saya masih kangen-kangenan di Jakarta bersama keluarga, akhirnya saya berangkat 30 Juni malam dari stasiun Pasar Senen ke Stasiun Poncol semarang bareng dengan Marissa.

Babak 1, Trainer?

Sebenarnya saya sedikit kurang nyaman saat menyebut kegiatan ini ‘proyekan’. Kenapa? Karena dilihat dari kegiatannya. Saya lebih suka menyebutnya dengan sebutan yang lebih keren, yaitu Training of Trainer (ToT). Dalam kegiatan ini, kami para peserta dilatih untuk bisa mengoperasikan GPS Geodetik Comnav T300 untuk nantinya bisa melatih peserta di Jakarta dari Badan Pemerintahan. Kegiatan selama dua hari 2-3 Juli diadakan di Semarang, di Hotel UTC Semarang, yang kami dapatkan tentunya adalah Ilmu mengenai kegeodesian yang harusnya saya dapat di semester enam, dan akomodasi serta makan siang. Nah! Ini kenapa saya sebut dengan peribahasa “Sambil menyelam minum air” minum airnya di Ranu Kumbolo lah ya. Menyebut seperti itu karena saya bisa melakukan dua hal sekaligus, ditambah lagi dapat ilmu baru, sertifikat, biaya akomodasi dan fee. Udah dapet ilmu dikasih uang juga, sekalian bisa main ke Gunung Semeru juga. Alhamdulillah.

Pelatihan Lapangan
Unboxing Comnav T300

        Setelah pelatihan 2-3 Juli, ada kekosongan hingga menunggu berangkat ke Jakarta. Kami berangkat ke Jakarta dengan Bus dari Semarang tanggal 8 Juli pukul 03.00 dinihari.

 Singkat cerita, saya dan kawan-kawan telah mengikuti pelatihan 2 hari di Semarang untuk mengoperasikan alat Comnav T300 seperti gambar diatas. Serta, waktu luang sudah terlewati dan tiba hari berangkat ke Jakarta. Rombongan Trainer berangkat dari Gedung Serbaguna Undip hari ahad  pukul  3.00 dinihari, saat itu tengah berlangsung perempat final piala dunia Rusia vs Kroasia. Kami sampai di lokasi Hotel Mercure Ancol, Jakarta, kurang lebih pukul 15.00. Setelah sampai, kami pun langsung bekerja menyiapkan alat yang nanti malam akan mulai di cek kelengkapannya oleh masing-masing kantor pertanahan seluruh Indonesia. Malam pertama ini sebagai pembukaan acara pelatihan sekaligus pembagian alat kepada seluruh peserta pelatihan. Kira-kira pukul 23.00 kami berangkat menuju hotel tempat kami tidur di daerah mangga dua, dan harus kembali ke Ancol besok pagi pukul 09.00.

Kok Masih Kosong?

          Tak terasa matahari pagi sudah bersinar, saya bangun dan solat subuh. Setelah itu tidur lagi sampai hampir jam 07.00 dan bersiap untuk sarapan dan berangkat ke Ancol bersama rombongan. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang, dimana kami akan menerapkan ilmu yang telah kami pelajari selama di Semarang kemarin. Pengenalan alat gelombang pertama yaitu pukul 10.00-12.00  untuk mengenalkan metode iternal radio yang digunakan pada Comnav T300, lalu isoma, lanjut lagi pukul 13.30-16.00 untuk pengenalan metode NTRIP menggunakan koneksi internet dan juga metode CORS. Sekitar pukul 15.00 datang Bapak Menteri Agraria dan Tata Ruang, yaitu Bapak Sofyan Djalil untuk memantau keadaan pelatihan serta menjadi pembicara pada kesempatan tersebut. Setelah itu, kami Isoma kembali, dan di malam hari hanya membantu sedikit dalam pengolahan data. Karena kami tidak terlalu berperan pada malam itu, saya meminta izin kepada Koordinator kami, yaitu Mas Icha, untuk pulang kerumah di Cibubur hanya satu malam ini, dan besok pagi sudah ke Ancol lagi. Akhirnya dibolehkan, dan saya berangkat ke Cibubur  bersama dengan Julio, salah satu teman seangkatan saya di Geodesi Undip, karena dia bilang mau ikut dan punya ambisi untuk bisa mendatangi seluruh rumah temannya sesama Geodesi Undip. Sepertinya rumah saya menjadi yang pertama, entahlah. Kami berangkat dari Ancol pukul 20.16 dan tiba dirumah saya kurang lebih pukul23.00. Ya, karena ingin menyempatkan diri untuk bisa pulang lagi kerumah sebelum kabur lagi. Dan jam 09.00, saya harus cabut lagi ke Ancol untuk ikut rombongan pulang ke Semarang. Tentunya banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari pengalaman beberapa hari menjadi seorang trainer alat baru XD semoga ilmu yang saya dapatkan berkah.

Hari H di Lapangan, depan Hotel mercure Ancol.
Panggung ini kosong, mungkin emang untuk Foto.
Trainer!

           Bus kembali ke semarang, dan sampai di semarang pada hari Rabu 11 Juli, pukul 01.00. Saat sampai saya tidak langsung tidur, tapi masih menyempatkan diri untuk menonton jagoan piala dunia yang pagi itu berhadapan dengan Belgia. Setelah menang, baru saya tidur. Namun, saat bangun merasa tidak nyaman, nafsu makan hilang, lalu badan demam dan sedikit pusing. Sedangkan, besok jam 11 pagi kereta berangkat ke Surabaya untuk perjalanan ke Semeru yang sudah disiapkan. Qadarullah, ternyata saya masuk angin dan kelelahan, jadi full istirahat dan minum tolak angin pada hari itu hingga esok hari. Sebenarnya tidak istirahat full, karena saya harus beli beberapa logistik dan meminjam kamera. Malam hari pun dilakukan persiapan akhir sebelum berangkat dikos saya, tentunya sesudah izin ibu kos bahwa akan ada perempuan di kosan tidak sampai larut malam. Keesokan harinya, Alhamdulillah, saya benar-benar merasa sehat, fit, seperti biasanya. Dan kami memulai perjalanan setelah sarapan di warung makan Mas Gepeng, di Perumda Tembalang.

            Babak 2, Semeru!

Dalam tulisan ini saya tidak akan menceritakan detail perjalanan Tim GD16 Semeru, tapi lebih ke hal-hal yang menurut saya perlu di ceritakan saja. Untuk Rundown dan manajemen perjalanan bisa didownload disini. Perjalanan pertama kami menuju Stasiun Pasarturi Surabaya, sebelum melanjutkan ke Stasiun Malang. Kenapa ga langsung Semarang-Malang? Karena tiket kereta yang murah sudah habis. Dan ini salah satu cara dapat yang murah. Sampai di Surabaya sekitar pukul 16.00, kami menunggu kereta ke Malang yang berangkat pukul 00.00, cukup gabut bukan? Ya, benar sekali. Lalu kami nongkrong di salah satu warung tidak jauh dari Stasiun Pasarturi untuk makan dan ngopi ganteng, sekaligus menonton kekalahan Pinalty garuda muda yang telah berjuang dengan seluruh kekuatannya melawan Malaysia. Saat nongki tersebut, karena gerombolan tas Carrier kami yang menarik perhatian, kami disamperin oleh seorang pria yang usianya sebaya kami. Ternyata setelah dia ngobrol panjang lebar dengannya, dia adalah mahasiswa sejarah di Unair. Dia juga sambil menulis di detik travel, dia memperlihatkan tulisannya di web detik.com sembari menunjukkan namanya di KTM bahwa dia tidak berbohong. Dia bilang beberapa kali dibiayai untuk naik ke gunung ini itu untuk mencari hal-hal menarik disana. Dia juga sudah mendaki Gunung Rinjani, Raung(trek ter-ekstrim di pulau jawa), dan termasuk Semeru yang akan kami daki. Pertemuan ini lalu ditutup dengan saling follow instagram, supaya pertemuan kita tidak berakhir disini.

Lanjut di stasiun Malang, akhirnya kami bertemu dengan abang-abang dari bogor yang sudah janjian dengan Marissa untuk join naik jeep biar lebih murah. Setelah oke, lanjut ke rumah pemilik Jeep di daerah Pasar Tumpang untuk Solat Jumat, sebelum naik Jeep berangkat ke Ranu Pane. Setelah Briefing dan Cek perlengkapan di ranupane, kami berangkat sekitar pukul 16.30, terus berjalan hingga semua total sampai di Ranu Kumbolo pukul 23.00. Malam itu, Ando dan Bayu lebih cepat menuju ke Ranu Kumbolo untuk mendirikan tenda terlebih dahulu. Kami beberapa dibelakang berjalan pelan karena salah satu anggota kami ada yang kurang fit akibat belum makan siang, sedangkan tenaga terus terkuras dan angin sangat dingin. Pilihan yang tepat Bayu dan Ando duluan mendirikan tenda, dan kami saat tiba langsung masak untuk makan hingga akhirnya baru bisa tidur pukul 01.00. Kami ucapkan terimakasih juga untuk Bang Rahmat yang menemani jalan pelan di belakang, sabar, karena juga sudah berpengalaman di Semeru ini, meski hanya memakai kaos tipis di udara yang dingin membantu mencari tenda kami di Ranu Kumbolo.

Ranu Kumbolo!(yoga, ando, nada, kris, marissa, dery, bayu)
Masih Ranu Kumbolo

            Saat bangun di pagi hari, yang saya lihat hanya kabut, dan udara dingin. Kurang lebih satu jam sambil kami menyiapkan sarapan, akhirnya kabut mulai tersingkap, dan muncul apa yang orang-orang bilang “Surga nya Semeru”. Sembari menikmati indahnya Ranu Kumbolo, akhirnya kami packing dan berangkat menuju Kalimati. Kalimati, tempat untuk mendirikan tenda terakhir sebelum melakukan Summit Attack menuju puncak mahameru. Kami berangkat dari Ranu Kumbolo pukul 12.00, dan sampai di Kalimati pukul 16.20, setelah melewati Oro Oro Ombo, Cemoro Kandang, Jambangan, hingga sampai Kalimati. Kami menggunakan strategi yang sama, yaitu Ando dan Bayu duluan untuk mendirikan tenda. Terimakasih kawan, wkwk. Lagi-lagi Ando dan Bayu yang mengambil Air di sumber air Kalimati, yang jaraknya lumayan jauh. Terimakasih lagi kawan, wkwk. Sedangkan kami yang tersisa asik foto-foto lalu menyiapkan makan sore sebelum tidur dan bangun lebih awal untuk Summit Attack. Kami tidur pukul 19.00 dan bangun pukul 22.00, lalu memasak air untuk minum-minuman hangat dan persiapan Summit Attack, dan berangkat tepat pukul 23.30. Pada kesempatan Summit Attack ini, kami berterimakasih pada Kris karena telah menjaga tenda kami. Menurut kami itu adalah keputusan yang baik mengingat jalur pendakian yang memang berat saat dari kalimati menuju puncak, dan jangan pernah menyesali keputusan tersebut. Seperti apa yang saya bilang ditengah perjalanan antara cemoro kandang dan jambangan, sebelum akhirnya saya yang membawa karriermu, mengutip dari perkataan senior saya di SMA, bang ayat (lu lagi bang),

“Yang terpenting bukan seberapa tinggi gunung yang didaki, tapi pelajaran apa yang bisa dibawa pulang setelahnya.”

Lagipula untuk sampai ke kalimati juga sudah sangat melelahkan, dan bukan hal sepele.

Ranu Kumbolo, dari Tanjakan Cinta
Oro-Oro Ombo

              Kami muncak hingga sangat lelah, sampai dipuncak pukul 6.20, hampir 7 jam berjalan naik, memang begitu nyatanya yang sering dibilang saat telah memasuki batas vegetasi di Semeru yang merupakan pasir-pasir,

“Naik tiga langkah, turun satu langkah.”

Ya, atau sejenisnya, saya dengar beda-beda. Yang jelas naiknya tidak efektif. Memang bisa dibilang lambat dibanding abang bogor yang berangkat pukul 01.00 dan sampai puncak pukul 5 lewat dikit lah.

Mahameru!

Karena di puncak sangat kencang anginnya, jadi kami hanya sebentar disana, iya sebentar menunggu Marissa dan Yoga yang kurang lebih setengah jam baru sampai setelah kami tunggu di puncak. Setelah foto-foto, kami segera turun, karena juga sudah agak siang dipuncak dan adanya larangan harus turun dari puncak pukul 9 atau 10. Dalam perjalanan turun, sebaliknya, untuk sampai ke tenda kami hanya butuh waktu satu jam setengah. Karena saat turun hanya tinggal merosot saja, mungkin bisa dilihat di youtube bagaimana rasanya menyenangkan saat turun dari mahameru. Saya, Ando, Nada, dan Bayu sudah sampai di tenda terlebih dahulu dan sudah masak-masak air untuk minuman rasa-rasa, ngobrol-ngobrol juga dengan abang-abang bogor yang tendanya sebelahan. Setelah minum habis, saya langsung tepar di tenda, dan tidur hampir satu jam sebelum akhirnya terbangun, benar-benar terbangun.

Saat mulai bangun saya ngelantur bertanya “Marissa sama Yoga udah balik?”, lalu Ando menjawab, “Belum, ini aku dari pintu pendakian puncak belum lihat mereka.” Sedangkan waktu sudah hampir menunjukkan pukul 12.00, padahal kami sampai tenda tadi jam 9.30. lalu aku bangun, meminta pendapat ke Ando juga apa kita susul saja kembali ke atas. Dan Akhirnya sepakat, Aku dan Ando naik lagi ke atas dengan membawa botol air berisi setengah botol 1,5lt dan tabung oksigen. Sedangkan Bayu mengambil Air sendiri di sumber air.

Jalur pendakian naik mulai sepi, karena memang ini sudah terlalu siang. Setiap berpapasan dengan pendaki, Ando selalu bertanya, “Mas, diatas lihat laki-laki gondrong pakai jaket oren dan berkacamata? Sama cewe satu juga pakai jaket oren?.” kebanyakan menjawab samar-samar, ada yang bilang lihat ada yang bilang tidak.

Sampai akhirnya kami melewati warung dagangan seperti biasanya di pos-pos sebelumnya. Lalu ada Mas-mas Gondrong dengan perawakan sedikit gemuk yang mungkin sudah bisa disebut bapak-bapak dari wajahnya sedang duduk menikmati makanan yang dijual disana, bapak gondrong tersebut bertanya kepada kami, “Loh masnya mau naik jam segini?”

“Ngga pak, mau cari teman kami daritadi turun belum sampai tenda.” Jawab kami.

“Laki sama cewe ya? Lakinya gondrong?”, jawab bapak itu.

“iya pak benar.”

“Iya ada dibelakang, jalannya pelan banget. Kayanya yang cewenya kecapean banget itu mas.”, jawab bapak gondrong.

“oiya pak kami susul keatas, terimakasih pak.”, perasaan kami jadi lebih lega. Setidaknya mereka sudah masuk daerah vegetasi. Sehingga tidak mungkin masuk ke daerah blank 75.

Setelah jalan naik lagi, saya bersama Ando akhirnya melihat kenampakan wajah Yoga. Dan kami berteriak, serta mereka mempercepat langkahnya menuju kami. Memang yang terlihat dari wajah Marissa begitu pucat kelelahan. Akhirnya Marissa diberi minum air yang kami bawa, karena air mereka sudah habis sejak masih baru turun dari puncak katanya. Air yang saya refill penuh di botol minum milik bayu di puncak tadi pagi.

“gua cari semangka dulu ya di warung tadi”, ucap saya dengan spontan.

Akhirnya saya turun dengan berlari ke tempat warung tadi. Tepat sekali bapak penjual sudah kemas-kemas ingin turun, lalu akhirnya saya membeli semangka dan minuman ion lalu kembali naik lagi ketempat mereka tadi. Belum lama saya naik, sudah bertemu dengan mereka yang mana ternyata Ando menggendong Marissa turun dengan cepat. Memang, kuli itu si Ando. Setelah bertemu, akhirnya Marissa makan semangka dan minum yang saya bawa, lalu kami turun lagi dengan Ando masih menggendong Marissa. Sempat berhenti sejenak untuk Ando mengambil nafas istirahat.

“Der, gantian ini kau gendong Marissa.”, kata Ando.

Aku hanya bisa berkata,”Aslilah.” hahaha.

Lalu Ando kembali menggendong Marissa dan bilang,”Berat kali kau Mar” hahaha.

Lalu tiba kami memasuki wilayah padang rumput di Kalimati, dan Marissa sudah jalan sendiri. Saat sampai tenda kami makan yang mana sudah dimasak oleh Kris dan Nada, lalu tidak lama setelah kami tiba Bayu dating membawa enam botol air di tasnya. Setelah istirahat, kami packing dan target langsung turun hari ini juga ke Ranupane. Semua sudah siap, Kami semua sudah fit kembali, termasuk Marissa yang kembali kuat. Lalu kami mulai perjalanan pukul 15.30 setelah Solat Ashar di Kalimati. Perjalanan berlangsung cepat dan hanya membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai di Ranu Kumbolo. Di Ranu Kumbolo kami solat Magrib dan masak air untuk ngopi sejenak, lalu menjalankan perjalanan lagi pukul 18.30. Karena jalan mulai gelap, dan sepi. Ada beberapa hal aneh yang kami alami. Kami berjalan dengan urutan dari depan ke belakang sebagai berikut, Bayu, Kris, Marissa, Yoga, Nada, Saya, dan Ando di belakang. Dalam perjalanan Ando sempat bilang bahwa ada yang meninarinya dari belakang dan membentuk bayangan tubuhnya. Padahal dibelakangnya tidak ada siapa-siapa, dan ternyata itu adalah pantulan cahaya dari depan. Bukan apa-apa ternyata. Aman.

Kepala kami selalu tertunduk mengamati jalan dengan pencahayaan yang ada dan beberapa kali melihat kedepan takut kepala terpentok pohon. Pendaki lain sudah mulai tidak terlihat mulai dari Pos 3. Tidak ada lagi salam, Misi mas, misi mba, semangat mas, semangat mba, dan lainnya. Kami sangat mengantuk malam itu di perjalanan, berhenti sedikit bahkan saya bisa ketiduran bersandar diatas Carrier. Diantara Pos 1 sampai Ranupane, kami merasa perjalanan sangat panjang dan tidak sampai-sampai. Saya sendiri juga ragu apakah ini jalur yang benar, karena rasanya seperti memutari bukit dan melewati jalan yang sama berulang kali, Bayu juga bingung karena cuma mengikuti jalur. Ando dan Yoga tetep kekeh bahwa terus saja ikuti jalur ini, jangan berbalik arah. Bayu bilang bahwa tadi dia seperti melihat lampu pendaki didepan, tapi kenapa setelah kita berjalan sangat cepat tanpa istirahat tidak sampai bertemu dengan pendaki tersebut. Mungkin pantulan cahaya saja dari serangga. Ditambah Marissa, dia berkata dengan penuh kesenangan.

“Nah itu didepan ada dua pendaki lagi Istirahat, coba Tanya.”, kata Marissa. Padahal samasekali tidak ada orang, dan dia pun kaget saat ternyata didekati disana tidak ada siapa-siapa. Dan sempat diam sejenak seperti takut dengan apa yang dia rasakan barusan. Singkat cerita kami sampai di Ranupane pukul 23.00 dengan semua pundak kami terasa sangat sakit. Setelah sampai kami Makan Bakso Malang yang ada di Ranupane, sungguh lezat kawan. lalu bebersih, solat, dan tidur. Saat besoknya, di Stasiun Pasarturi, Marissa bercerita bahwa dia benar-benar melihat dua pendaki saat malam itu, tapi dia bingung kenapa Bayu didepan lewat saja tanpa menyapa kedua pendaki tersebut, begitu juga dengan Kris yang biasanya selalu menyapa pendaki.Ternyata saat didekati tidak ada apa-apa. Disitu yang membuat dia merasa takut malam itu. Ya, mungkin efek ngantuk juga bisa, atau lapar, atau yang lain.

Mungkin sampai disini cerita panjang saya yang tidak terasa sudah mencapai 2700an kata. Sebenarnya yang menyelam sambil minum air itu bukan saya saja, tapi seluruh Tim Semeru GD16 ini kecuali Yoga. Katanya, dia disuruh orangtuanya untuk ngecat rumah, jadi gabisa ikut proyekan XD. Semoga bisa diambil pelajaran dari tulisan saya ini, Aamiin.