Sebelumnya sudah sempat terpikirkan untuk ikut di ekspedisi pemetaan jalur yang diadakan oleh Mapala Sherpa Geodesi Undip, namun banyak hal yang mengganjal dihati sehingga banyak keraguan untuk ikut. Pada kloter pertama jelas saya tidak bisa ikut karena ada kegiatan yang memang benar-benar tidak bisa ditinggalkan. Akhirnya, dua pekan setelah kloter pertama, ekspedisi dilakukan kloter kedua dan saya ikut disana.
Berawal dari duduk didepan ruang kepala departemen yang juga sekaligus pembimbing KP saya dan Resi (rekan pendakian di Sumbing dan Papandayan) tiba-tiba membawa obrolan ke pendakian ekspedisi kloter kedua yang akan dilaksanakan besok lusa.
“Sindoro jadi gak der?”
“Boleh tuh,” singkat namun terlaksana.
Setelah percakapan itu, kami mencari personil lainnya yang non-mapala. Akhirnya, kami mendapatkan tiga rekan lagi yaitu luqman(rekan pendakian ke lawu tahun lalu), hafiz, dan farhan yang baru pertama kali akan mendaki gunung. Tim kami berisi lima orang, dan akan ikut di tim ekspedisi SIndoro Mapala Sherpa via Banaran (Ndoro Arum), yang mana mereka terdiri dari lima orang juga. Meskipun kami dalam satu jalur pendakian, namun terdapat perbedaan pendapat antar Tim saya dan Tim Mapala dalam penentuan keberangkatan. Tim Mapala sepakat berangkat hari Jumat sore dari Semarang, sedangkan tim saya yang anggotanya masih memiliki agenda malam hari di Semarang memutuskan untuk berangkat pukul 9 malam dari Semarang menuju basecamp Banaran.
Kami mendapat kabar bahwa tim Mapala sudah sampai di Basecamp sekitar pukul 8 atau 9 malam, sedangkan kami nyatanya baru berangkat dari Semarang pukul 11.30 malam, begitulah realita yang tidak sesuai ekspektasi. Kami berangkat ke Basecamp, sedangkan tim Mapala mulai mendaki ditemani gelapnya malam.
Kami tiba di basecamp sekitar pukul 2 dinihari, sedangkan tim Mapala sudah sampai di pos 2 dan mendirikan tenda. Kami tahu posisi mereka karena masih saling berkabar di grup line, iya, grup line. Entah unik atau apa, namun di setiap pos via Banaran ini selalu ada sinyal bahkan bisa 4G. jadi selama pendakian ini kami sering berkabar dan bertanya posisi menggunakan jaringan internet.
Kami telah siap mulai dari packing hingga simaksi, dan kami berangkat menyusul tim mapala pukul 8.30 pagi. Simaksi dilakukan di basecamp yang memiliki jam operasi dari jam 7 pagi hingga jam 9 malam. Simaksi sebesar Rp. 15.000 per orang, dan parkir Rp. 5000 per motor, dan fasilitas grup sebesar Rp. 10.000 yaitu sebuah trashbag, peta pendakian, HT(tim mapala dapat, namun kami tidak), dan asbak yang terbuat dari botol kaca. Ditambah, barang bawaan kami digeledah dan di data, untuk pendataan sampah saat turun, sama seperti di merbabu sebelumnya. Pada hari itu hanya kami saja yang mendaki, dua tim. Memang jalur Banaran ini tidak seramai jalur Sigedang atau Kledung.
Setelah berangkat dari basecamp, jalan yang kami lalui berupa bebatuan yang masih dilalui motor bahkan truk untuk membawa hasil kebun warga. Pemandangan kiri dan kanan adalah perkebunan warga, ditambah keramahan warga yang selalu menyapa dan bertanya kepada kami dengan kromo inggil. Setelah melalui perkebunan warga, kami mulai memasuki hutan dan tidak lama setelah itu bertemu dengan pos 1. Perjalanan selama 1,5 jam untuk dari basecamp ke pos 1. Kami beristirahat cukup lama, kurang lebih 20 menit. Farhan selama dijalan mengeluhkan tasnya yang menyakitkan bahu. Solusinya, Resi dan Luqman membantu untuk bergantian bertukar tas, berbagi sakit bahu. Lalu kami kembali berjalan menuju pos 2, kami menemukan jalur yang tertutup oleh pohon tumbang, dan kami mencoba mencari jalan lain. Setelah melewati pohon tumbang tersebut, tanjakan tak berujung menanti kami. Tidak ada lagi bonus. Kami memasuki wilayah jalur naga. Dimana di jalur tersebut hanya cukup dilewati untuk satu orang, kiri dan kanan jurang. View bagus, namun, mengapa tidak ada habisnya ya tanjakan di jalur naga?
Kami sampai di pos 2 sekitar pukul 12.48, dan ternyata disini bersih, tidak ada tenda dari tim mapala yang awalnya saya kira mereka meninggalkan tenda dan barang bawaan di pos ini untuk summit. Lalu kami berhenti selama 10 menit, sebelum melanjutkan ke pos 3 bayangan, tempat kami berencana ingin mendirikan tenda. Mengapa di pos 3 bayangan? Saya hanya mengambil keputusan berdasarkan saran dari penjaga simaksi di basecamp. Mas-mas tersebut bilang bahwa paling enak camp di pos 3 bayangan, masih ada pohon untuk menghalau angin. Sedangkan pos 3 dan pos 4 sudah merupakan lahan terbuka yang anginnya kencang. Berjalan menuju pos 3, beberapa anggota tim ada yang meminta istirahat untuk cukup lama, kami menyeduh nutrisari anggur, memakan raspberry, dan setelah dirasa enak untuk melanjutkan perjalanan, kami berangkat. Lima menit dari keberangkatan kami di tempat istirahat tadi ternyata pos 3 bayangan. Dekat sekali. Dasar. Kami sampai di pos 3 kurang lebih pukul 2 siang.
Sesampai di pos 3 bayangan, kami menggelar matras untuk makan nasi bungkus dan gorengan yang kami bawa dari basecamp. Setelah itu, baru mendirikan tenda. Tidak lama setelah tenda didirikan, terdengar suara panggilan dari tim Mapala. Mereka sudah perjalanan turun. Kami pun membalasnya, saling sahutan. Namun, kami heran mengapa sudah lama tapi mereka tidak sampai juga di tenda kami. Akhirnya ada suara yang terdengar,
“Luqman, kesini tolongin gendong Bia,” suara Kris(teman pendakian ke Semeru dan Lawu)
Saya yang lebih siap karena sedang berada di luar tenda langsung naik meggunakan sandal jepit sky way hitam andalan. Jaraknya dekat dari tenda kami, tidak lama Luqman menyusul membawa obat gosok. Ternyata Bia terkilir karena jatuh terpeleset. Adapun lainnya, Danang, Dewa dan Junned (Tim Mapala Sherpa yang juga kemarin ke Gunung Merbabu) mereka semua membawa beban yang lumayan sehingga menunggu saja sambil berpikir menyelesaikan masalah. Akhirnya, secara perlahan Bia bisa dibawa turun ke tenda kami. Tim Mapala mendirikan tenda kapasitas 2-3 orang untuk berjaga siap bermalam lagi. Danang dan Junned memutuskan untuk turun ke basecamp, karena HT habis daya, dan nomor telpon yang tersedia di lembar karcis tidak merespon. Danang dan Junned mengabarkan sekitar pukul 7 malam bahwa aka nada tim evakuasi yang naik saat ini juga. Tim evakuasi tiba di pos 3 bayangan sekitar pukul 9 malam, dan mereka membawa Bia turun sekitar jam 10 malam. Kami asyik tidur. Bia dan kawan-kawan tiba di basecamp sekitar pukul 1 dini hari. Sedangkan kami mulai berangkat untuk Summit pukul 1.30 dini hari.
Saya membangunkan teman-teman dari hangatnya tidur, sekitar pukul 00.30. Setelah bangun, kami memasak beberapa bungkus minum makanan bergizi atau akrab disebut energen, untuk mengisi perut sebelum melakukan summit. Tepat pukul 1.30 dini hari, kami berangkat dengan tujuan sampai puncak subuh dan solat subuh dipuncak.
15 menit dari keberangkatan, kami tiba di pos 3. Cukup dekat dari posisi tenda kami di pos 3 bayangan. Menempuh sekitar satu jam dari pos 3, kami sampai di pos 4. Kondisi dipos 4 sudah berupa lahan terbuka tanpa pohon yang dapat menahan angina. Untuk mendirikan tenda dan bermalam dipos 4 saya tidak merekomendasikan. Selanjutnya, tinggal puncak. Beberapa rekan sangat bahagia, terutama Farhan dan Hafiz yang baru pertama mendaki. Mereka bilang bahwa untuk summit ternyata lebih enak karena tidak membawa bawaan banyak di carrier. Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan, kami sampai di puncak. Resi, yang memimpin perjalanan kami dari tenda tadi memberi isyarat,
“Puncaknya ada makam kan?”
“Iya,” jawab kami, mengetahui bahwa Resi telah melihat makam yang dimaksud. Semoga bukan prank.
Kami tiba di puncak pukul 04.00. Sepertinya kami menjadi orang pertama yang sampai puncak dari jalur ndoro arum maupun sigedang. Kami menunggu matahari muncul sembari memakan roti yang kami bawa, disertai dengan susu kental manis sebagai pemanis. Tercapai, solat subuh di puncak dengan terpaan angin puncak yang semriwing. Solat tetap didirikan sebagai tanda bahwa keimanan bukan permainan dan butuh diperjuangkan.
Ya, saya kira saya akan tidak sampai puncak lagi seperti di merbabu beberapa waktu lalu. Alhamdulillah, 3S terlengkapi hari ini. Meskipun puncak sumbing yang saya capai belum merupakan puncak tertingginya. Beberapa raut wajah gembira terlihat. Puncak pertama yang sukses bagi Farhan dan Hafiz, lelah Luqman yang terbayarkan, Resi yang akhirnya kembali menjajaki puncak karena di papandayan kemarin kami bingung mana puncaknya. Ya, beginilah.
Kami mendokumentasikan puncak, matahari terbit, berkeliling dipuncak sindoro, sarapan telur rebus yang kami buat semalam. Setelah puas, kami turun ke tenda, padahal jam belum menunjukkan pukul enam pagi. Kami sampai di tenda sekitar pukul 8.00.
Setelah memasak sarapan seadanya, ya Alhamdulillah (Sarapan kami berupa lima potong nugget per orang, dan satu buah kentang goreng untuk berlima) terasa cukup untuk menahan lapar sampai ke basecamp. Kami memiliki target untuk sampai di basecamp sekitar waktu zuhur, yaa sekitar pukul 12 siang lah. Akhirnya kami turun sekitar pukul 9.30, dan benar, hanya butuh hampir dua jam kami sudah sampai di pos 1. Perjalanan yang lumayan singkat. Sejak memasuki kawasan perkebunan warga, saya meminta izin kepada rekan untuk jalan di paling depan, setelah sebelumnya posisi saya sebagai sweeper. Saya sangat menginginkan es teh, saya meluncur jauh didepan, sangat jauh dari teman-teman saya. Jalanan berbatu, kiri kanan merupakan perkebunan warga, suara motor dan mobil sudah mulai terdengar karena memang jalan ini dilewati motor dan mobil untuk mengangkut hasil kebun warga.
“Es teh, es teh, es teh,” begitulah motivasi saya dalam hati untuk terus berjalan setengah berlari menuju basecamp.
Sesaat hampir sampai di permukiman warga sekitar basecamp, Luqman, Hafiz, Resi, dan Farhan melewati saya. Iya, mereka semua melaju kencang melewati saya dibonceng motor oleh warga yang selesai mengangkut hasil kebun. Wajah mereka tersenyum. Aih… tidak apa, pokoknya es teh.
Berikut adalah rekap perjalanan kami selama di Gunung Sindoro 25-27 Oktober, Via Banaran Ndoro Arum :
23.30 – 2.30 Perjalanan dari Semarang ke Basecamp
08.30 – 10.00 Perjalanan dari Basecamp ke Pos 1
10.20 – 12.50 Perjalanan dari Pos 1 ke Pos 2 (Melewati Jalur Naga)
13.00 – 14.00 Perjalanan dari Pos 2 ke Pos 3 Bayangan
14.00 – 00.30 Mendirikan tenda, makan, santuy, tidur
01.30 – 01.45 Perjalanan Summit dari Pos 3 Bayangan ke Pos 3
01.50 – 02.50 Perjalanan dari Pos 3 ke Pos 4
02.50 – 04.00 Perjalanan dari Pos 4 ke Puncak
04.00 – 05.50 Menikmati puncak dan dokumentasi, makan telur rebus juga
05.50 – 08.00 Turun dari puncak ke Pos 3 Bayangan
08.00 – 09.30 Sarapan dan packing
09.30 – 12.30 Perjalanan turun ke Basecamp
Untuk biaya sekitaran basecamp yang kami keluarkan sebagai berikut :
Simaksi Rp. 15.000/orang
Parkir Rp. 5000/motor
Fasilitas BC Rp. 10.000/tim
Fasilitas yang didapatkan berupa satu peta jalur, satu asbak berbentuk botol beling, dan HT(Bila beruntung)
Sekian pengalaman saya mendaki Gunung Sindoro bulan lalu, baru bisa tertulis karena baru mau menyempatkan untuk menulis ini. Semoga bisa menjadi referensi pendakian Gunung Sindoro via Banaran Ndoro Arum, terlebih karena masih sedikitnya yang menjamahi jalur ini dan memberikan reviewnya di internet. Salam Lestari!